Rabu, 31 Juli 2013
Dikhitbah
4 tahun silam, di sebuah bangku, di depan rumah Permai 113, kala sore hari, angin sepoi-sepoi.
Pembicaraan sudah merembet kemana-mana, soal kerjaan, soal
organisasi, soal mata kuliah, soal dosen, dan teman-teman sekelas. Di bagian
terakhir,
“ Eh, Poet lahir bulan Juli ya?
“Ko Tahu?”
“Liat di Facebook”
“Ooh, terus?”
“Biasanya kan yang ulang tahun suka diberi hadiah”
“Ooh, terus akang mau ngasih hadiah gitu?”
“Hmmmm,,kalo Poet bersedia diberi hadiah, Akang mau ngasi
sesuatu” Ku lihat mukanya semu kemerah-merahan saking malunya
mungkin.
“Ooh itu, bebas sih, yang penting ikhlas, yang namanya
hadiah itu rezeki juga kan ya, masa mau nolak”
“Benaran? Nggak akan marah?“ Mukanya berseri-seri
“Yaa hadiahnya apa dulu dong, kalo hadiahnya kecoak ya pasti
kena marah laaah” Kataku sambil mainin hp
“Emmmmm,,,,,itu, itu,,,,,Eeeeeeehhh”
“Apa? Ko kaya susah gitu? Giliran nerangin komputer dan
sastra, mulut Akang kaya nggak bisa berhenti”
“Anu, Emmm,,,gimana kalo Akang,,,,itu”
“Iya, itu apa?”
“Gimana kalo hadiahnya Akang bertandang ke rumah Poet”
“Hahahahaha, mau ngapain? Di rumah Poet ga pernah tuh yang
namanya rayain ultah, bikin kue, atau nasi tumpeng, kaga pernah”
“Emmm, maksudnya bertandang ditemani Abah dan Emih”
“Maksudnya?”
“Iya itu, Akang mau serius bertamu dengan Abah dan Emih”
“Whattttttt?” Gila. Saya belum mau kege-er-an. Ini maksudnya
ke arah mana.
“Iya, kita serius aja, Poet mau kan menikah dengan Akang?”
‘Hah?”
“Iya, Juli nanti Akang mau mengkhitbah Poet, itu juga
keinginan orang tua kita”
“Tapi kita kan belum,,,,,”
“Iya, nggak apa-apa, kita akan belajar untuk saling mengenal
satu sama lain, saling memahami. Juli nanti hanya untuk memperjelas kita. Akang
merasa nyaman dengan Poet, meski kita terpaut jauh soal umur, tapi Akang rasa
itu bukan kendala. Tapi Akang ngerti posisi Poet kaya gimana sekarang. Pikirkan
saja dulu.“
“Emmmm, ya,,,,,” jujur saya terkejut, nggak nyangka akan ada
pembicaraan seperti itu.
Malamnya seperti biasa setelah beres mengerjakan tugas, saya menonton TV. Sempat terpikirkan apa yang diperbincangkan tadi sore. Arrrgh, Lelaki itu betul-betul tidak romantis. Masa menyatakan cintanya seperti itu. Atau memang itu bukan ungkapan cinta??? tetapi ingin langsung menikah? Dia memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ah, banyak praduga yang berkelebat.
Wanita mana yang tidak suka dengan keromantisan. Di film-film, banyak para pria yang melamar dan menyatakan cinta terhadap wanita pujaannya dengan berbagai cara. Setidaknya, itu moment special, sekali seumur hidup. Tapi mungkin bagi orang yang se-cuek Akang, hal itu tidak jadi soal. Yang penting maksudnya tersampaikan, beres sudah.
Hingga akhirnya obrolan itu jadi pikiran saya selama
beberapa hari. Kondisi memang mengharuskan saya untuk segera menikah. Ini
permintaan Ayah saya yang sedang sakit. Tapi menikah juga tidak sembarang
menikah hanya demi memenuhi keinginan orang tua. Kriteria pendamping saya juga
harus jadi pertimbangan. Seorang lelaki yang bertanggung jawab dan baik budi
pekertinya.
Akhirnya, kita memang berjodoh, kita bersanding duduk di
pelaminan.
Meski awalnya penuh kekakuan.
Terima kasih, Akang begitu sabar menghadapiku.
Masa-masa indah tentang kita dimulai dari sini. Dikhitbah kemudian menikah.
Hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Menikah dengan segera, kemudian pacaran.
Benar-benar indah.
Try it!!
Selasa, 23 Juli 2013
Menikmati peran sebagai Ibu Rumah Tangga
Credit |
Ramadhan tahun ini saya
benar-benar merasakan full sebagai
ibu rumah tangga. Meskipun menikah hampir 4 tahun, tetapi baru tahun ini saya melaksanakan
peran tersebut. Tahun-tahun sebelumnya saya ngekost, jadi sahur dan buka puasa
selalu beli makanan dari luar. Suami juga tidak rewel, selalu tersenyum
meskipun kadang-kadang sahur hanya nasi goreng.
Pelajaran pertama Ramadhan tahun
ini adalah merasakan memasak pada dini hari. Awal puasa dirasa sangat berat,
karena harus bangun pukul 02.00 WIB, beda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya
yang bisa bangun setengah empat karena tinggal beli di depan kostan. Alarm di
Hp pun harus dibuat berulang-ulang. Saya susah sih bangunnya, dalam hati selalu
berkata, “ Lima menit lagi aja,,,” Dan tidur lagi, hehe. Tapi sekarang alhamdulillah,
setelah seminggu jadi terbiasa, tak ada alarm pun, suka terbangun dengan
sendirinya.
Kebetulan suami orangnya tidak
suka makanan yang dihangatkan, jadi harus masakan baru tiap kali makan. Jadi
lumayan ribet bagi saya, karena menu untuk sahur harus baru lagi, apalagi saya harus
menyiapkan makanan untuk 4 orang (Saya, Suami, Adik, Nenek). Dulu zamannya SMP
dan SMA enak, ada Ibu yang menyiapkan, saya dibangunkan ketika semua masakan
sudah terhidang, tinggal am. Sekarang
harus mandiri menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Adik saya juga ga bisa
bantu karena dia laki-laki. Benar-benar pelajaran yang berharga, makin sayang
deh sama Ibu tercinta. Big Hug for you, Mom!!!!
Kalau memasak untuk berbuka tidak
ada masalah, karena memang saya juga semangat untuk membuat menu-menu yang
sudah terbayangkan lezat ketika nanti berbuka. Cuma sekarang mungkin jadi tidak
ada waktu untuk ngabuburit ke luar seperti tahun-tahun sebelumnya, karena
memang dari jam 16.00 WIB harus sudah mulai memasak. Tapi ternyata ngabuburit
di rumah juga mengasikkan. Bisa masak sambil mendengarkan tausiyah dari radio.
Menu kolak selalu identik dengan
buka puasa. Begitu juga suami saya, pecinta kolak sejati. Meskipun mengawali
buka dengan kurma, dia selalu saja ingin kolak. Alhasil saya tiap hari bikin
kolak, karena di dekat rumah tidak ada yang jualan kolak. Saya suka bikin kolak
yang banyak dan setengahnya saya bawa ke mesjid. Mereka selalu suka dengan
kolak saya karena dibuat dengan gula aren. Ini karena di sekitar tempat tinggal
saya, gula aren sangat mahal, jadi jarang digunakan. Mereka selalu menggunakan
gula putih. Kalau saya suka diberi stock gula aren dari Ibu di Garut hehe (wong
tinggal ngambil, karena Ibu saya memang usahanya gula aren).
Kegiatan yang paling ramai adalah
di mesjid, karena kita bisa saling merasakan makanan yang beraneka ragam. Kalau
dulu semasa anak-anak, suka seru untuk berebutan makanan yang dibagikan, tapi
sekarang berebutan untuk menyediakan makanan yang akan dibagikan. Karena
itulah, akhirnya pihak DKM membuat jadwal, agar yang menyumbang makanan tidak
menumpuk di satu hari, dan pada hari berikutnya kosong. Sebenarnya ini juga jadi pemicu bagi anak-anak
agar lebih semangat pergi ke mesjid dan melaksanakan tarawih karena seperti di
tempat saya, terdapat dua sesi pembagian makanan, yang pertama ketika untuk
berbuka, dan yang kedua ketika selesai salat tarawih.
Jumat, 19 Juli 2013
Meningkatkan Kualitas Hati dan Aktualisasi Diri Pada Bulan Ramadhan
Credit |
“Andai Ramadhan ini adalah bulan terakhir untuk sahabat, ceritakan 1 impian yang ingin sekali sahabat wujudkan di bulan ini”.
Impian saya yaitu :
Ingin meningkatkan kualitas hati dan aktualisasi diri!!!!!
Terlepas dari keinginan duniawi yang bejibun,
saya rasa bila ini adalah ramadhan terakhir saya, saya ingin benar-benar menata
hati saya. Orang terdekat mengatakan akhir-akhir ini saya selalu pintar
memojokkan orang dan ada kecenderungan selalu suudzon atau negative thinking. Itu adalah penyakit hati yang sangat mengerikan karena apapun yang kita sangka bisa mempengaruhi cara kita berfikir,
cara kita bersikap dan cara kita mengambil keputusan. Pada awalnya saya tidak
terlalu menerima dikatakan suudzon, tapi menerimanya sebagai saran untuk memperbaiki
diri tentu lebih baik. Suudzon yang dikatakannya – versi saya adalah ketika ada
masalah terjadi, saya selalu menyampaikan opsi yang beragam, termasuk dengan
kemungkinan terburuknya. Mungkin di situlah yang dia bilang – suudzon, selalu terburu-buru berprasangka terhadap suatu perkara yang belum jelas,
atau kalaupun sudah jelas perkara tersebut, saya
kurang bijaksana dalam menyikapinya.
Apalagi suudzon terhadap Allah SWT dengan bentuk sikap pesimisme, suka
mengeluh, dan lain sebagainya. Subhanallah, lengkap sudah penyakit hati saya!
Sejauh
ini saya sudah berusaha untuk mengubah pola pikir, berprasangka baik meskipun
nantinya sangkaan tersebut salah, saya yakin akan tetap dapat pahala kebaikan, daripada berprasangka buruk, meskipun benar tetap berdosa. Ketika
akan memutuskan sesuatu
pun, kini lebih diteliti dan dipahami permasalahannya dulu, kemudian diputuskan
dengan kepala yang dingin dan hati yang tenang. Belum ada apa-apanya memang, tapi saya yakin, Allah
akan selalu bersama dengan orang-orang yang ingin selalu memperbaiki diri.
Jika kualitas hati semakin oke, maka pastinya aktualisasi diri pun jadi
lebih mudah dilakukan. Ini yang saya mimpi-mimpikan dari dulu, menjalani aktivitas
ramadhan dengan benar-benar full
ibadah. Bisa tadarus (membaca Al-qur'an
dan mengkaji makna Al-qur'an) lebih lama dan serius, memperbanyak
shalat malam, i’tikaf, memperbanyak dzikir, doa, dan istigfar, memperbanyak infaq dan shodaqoh. Cara paling mudah adalah dengan berbagi
dengan orang-orang di sekitar. Kegiatan memasak untuk berbuka pun dan membagikannya di mesjid menjadi
kebahagiaan tersendiri. Ada kenikmatan ketika hasil masakan kita dimakan dengan
lahap, ketika binar-binar di mata mereka menunjukkan kekenyangan. Benar-benar
senang sekali!
Dan satu hal lagi yang menjadi menjadi tantangan tersendiri
bagi saya, yaitu I’tikap. Selama ini saya belum berhasil melakukannya
selama 10 hari. Jika ini ramadhan terakhir saya, saya ingin bisa i’tikaf selama
20 hari seperti Rasulullah SAW pada tahun akan diwafatkannya (HR. Bukhari dan
Muslim). Saya juga ingin mendapatkan lailatul Qodar. Sebisa mungkin pada
sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya, saya tidak
melewatkannya.
Semoga mimpi saya bisa
mengaktualisasikan diri dengan cara melaksanakan rangkaian amal ibadah di bulan
ramadhan ini bisa tercapai, dan diberi keistiqomahan untuk melaksanakan amal ibadah yang lain.
Amiiin YRA.
Minggu, 14 Juli 2013
My 24
Alhamdulillah,,,,,,,,
Usia 24, kelipatan angka 2.
Masih diberi kesehatan, iman dan taqwa, rizki, orang-orang tersayang.
Semoga semakin bisa mendewasakan diri, menjalani hidup dengan niat benar-benar ibadah.
Semakin bisa meningkatkan kualitas hati.
Tak ada hal yang tak bisa dilakukan.
Selalu berpacu dengan waktu untuk memberikan yang terbaik bagi diri dan keluarga.
Thanks buat temen-temen yang sudah mendoakan, semoga terkabul, dan semoga kalian mendapat balasan yang pantas dari Allah SWT. Amiiin.
Thanks juga buat Teh Lin yang hari itu ngajak hangout, makan-makan dan nonton film 3D. Bukannya saya yang harus traktir, tapi ini sebaliknya :D
Semoga usia 24 makin berkah, makin sehat, makin bahagia, makin lapang rizki, dan makin bisa aktualisasi diri.
Amiiin Yaa Robbal Alamiiiin.
Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu milik kita :)
Usia 24, kelipatan angka 2.
Masih diberi kesehatan, iman dan taqwa, rizki, orang-orang tersayang.
Semoga semakin bisa mendewasakan diri, menjalani hidup dengan niat benar-benar ibadah.
Semakin bisa meningkatkan kualitas hati.
Tak ada hal yang tak bisa dilakukan.
Selalu berpacu dengan waktu untuk memberikan yang terbaik bagi diri dan keluarga.
Thanks buat temen-temen yang sudah mendoakan, semoga terkabul, dan semoga kalian mendapat balasan yang pantas dari Allah SWT. Amiiin.
Thanks buat misua yang telah membangunkan tepat pukul 00.00 WIB |
Tiup lilin lagi soalnya malam gak kuat ngantuk :D |
Thanks buat My Friend, Dewi Anggraeni atas kue dan kadonya :) |
Semoga usia 24 makin berkah, makin sehat, makin bahagia, makin lapang rizki, dan makin bisa aktualisasi diri.
Amiiin Yaa Robbal Alamiiiin.
Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu milik kita :)
Selasa, 09 Juli 2013
Tahun Emas
Asap mengepul. Api
membesar. “Seperti meniup umur,” gumamnya.
“Cepatlah, Kakek sudah
lapar…”
“Lapar? Nenek tidak sedang
memasak. Ini hanya pengingat setengah abad pernikahan kita. Tak ada apa-apa. Hanya api dan kita berdua..”
“Anak juga tak ada. Harapan
punah, Kita benar-benar berdua”
“Setidaknya kita masih
punya langit!”
Mereka berdua memandang awan.
Angin menyibakkan uban. Bulan memudar.
Mereka bersenda-gurau. Dalam
tumpukan sampah. Di pinggir sungai.
***
63 kata (tidak termasuk judul)
Rabu, 03 Juli 2013
Berendam Air Panas, Bikin Fresh!!!
Hari Sabtu kemarin, saya dan temen-temen semasa SMK pergi ke
Darajat. Sengaja menjadwalkan hari tersebut, sekalian reuni kecil-kecilan juga
setelah beberapa lama tidak bertemu.
Tadinya mau berangkat bareng suami, tapi ternyata dia masih
banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ah, kasihan juga. Sudah bulat mau
bawa motor sendiri, tapi setelah dipikir-pikir kebayang capeknya, apalgi pasti
macet di jalanan karena musim liburan. Untungnya, adik bersedia ngantar,
yuhuuuuuuu!!!!
Berangkat dari rumah jam 08.30 WIB. Ternyata emang bener,
jalanan macet. Sudah lama saya tidak ke Garut, dulu jalanan pasti sepi, tapi
sekarang Ya Allah sama saja seperti jalanan Tanjungsari, banyak antrian
kendaraan,,beuuuh membuatku ingin membatalkan rencana ke Darajat. Tapi yaaaa
engga enak juga sama teman-teman yang sudah menunggu di Garut.
Ada kejadian yang bikin saya asli syok, Adik mengemudikan
motornya di 80 km/jam, dari arah berlawanan bis Jurusan Tasik – Bandung juga
sedang ngebut, cuma beberapa cm kita hampir saja bertabrakan. Saya langsung
lemas. Melihat saya yang ketakutan, adik langsung mengemudikan motornya dengan
kecepatan lambat.
Tiba di simpang lima jam 10.00 WIB. Saya istirahat dulu di kostan adik teman saya, sambil nunggu teman-teman kumpul semua. Jam 11.30 WIB kami langsung menancap gas ke Darajat. Pada awalnya Jalanan yang menanjak dan panas membuat saya gerah, tetapi setelah beberapa lama sejuknya hawa pegunungan dan asrinya pemandangan khas pegunungan menemani perjalanan saya. Mungkin ini salah satu daya tarik Darajat.
Tiba di lokasi jam 12.30 WIB. Rencana awal mau di Darajat
Pass, tetapi ternyata penuh, jadi berpindah ke Awit Sinar Alam Darajat. Hanya ada
beberapa orang di sini, itu pun kebanyakannya anak-anak semua. Tapi tak apalah,
daripada di tempat yang penuh, susah parkir, susah simpan barang bawaan juga. Hawa alam pegunungan kentara sekali, saya hampir menggigil kedinginan.
Di Awit
Sinar Alam Darajat ini, tiket dewasa Rp. 15.000/orang, anak-anak usia Paud dan
SD Rp. 10.000/orang, lebih murah dibandingkan dengan Darajat Pass yang untuk
dewasa Rp. 20.000 dan anak-anak dihitung usia 1 – 10 tahun Rp. 15.000. Sebanding
dengan fasilitas kayaknya, atau memang di sini lebih murah untuk menarik
pengunjung.
Setelah solat, kami langsung masuk ke kolam. Kolamnya ada
lima. Dua kolam kecil berdekatan dengan satu kolam dewasa di bawah, dan dua
kolam buat anak-anak di atas. Untuk kolam anak-anak, satu kolam airnya hangat, satu kolam lagi agak dingin. Untuk
kolam dewasa, tidak terlalu dalam, hanya 160 cm, tetapi panasnya bukan main,
mungkin sekitar 49 derajat Celcius. Saya tidak berani langsung nyebur, harus
perlahan-lahan dulu, memasukkan dulu kaki, tangan, pinggang, baru deh nyemplung.Tetapi karena memang di Darajat suhunya dingin sekali, kabut dimana-mana,
jadinya kalo sudah sesuai dengan tubuh kita, rasanya enakkkk, serasa dipijitin.
Apalago kalo berendam nya sambil gerak-gerak, ah pokonya terasa ada yang yang
dikejutkan, seperti kena aliran listrik. Tapi saya tak bisa berlama-lama
berendamnya, paling kuat 15 menit, karena terasa pusing. Itu pun memang
anjurannya seperti itu, paling lama berendam lima belas menit kemudian menepi
lagi, berendam lagi.
Kolam dewasa |
Kolam Anak |
Kolam anak |
Serodotannya sayang tidak terlalu curam, jadi daya luncurnya
sangat kecil sekali. Saya mencobanya, malah jadi cape, karena harus mendorong
sendiri, apalagi berat badan saya yang aduhai :D.
Setelah puas berendam, perut keroncongan juga. Kami makan
ditemani hujan deras di Gazebo (Saung-saung kecil di sekitaran kolam, bayarnya
tergantung paket, ada yang Rp. 10.000/jam, atau yang sepuasnya Rp. 25.000). Makanan bisa dipesan di sana juga, tetapi kami bawa bekal dari rumah. Untuk
jajanan di sana terbilang murah,contohnya air susu panas cuma dibanderol Rp. 3000. Yang paling
laku di sana tentu saja yang murmer dan gampang dibuat, yaitu nge-POP Mie haha.
Gazebo tempat istirahat dan makan |
Berendam di air hangat lumayan membantu menghilangkan rasa stress
yang melanda kita. Apalagi ini air panas murni langsung dari pegunungan, masih
tercium aroma belerangnya. Try It!!!!.
Narsis dulu ah.....
Langganan:
Postingan (Atom)