Minggu, 30 Juni 2013
Semaian Cinta Ibu
Keluarga yang harmonis
tentu menjadi idaman semua orang. Keluarga yang sangat dirindukan apabila
berjauhan, keluarga yang selalu menjadi pemicu semangat dalam mewujudkan
cita-cita, keluarga yang selalu jadi curahan hati ketika ada masalah. Saya
bahagia dengan keluarga besarku sekarang, meski banyak riak-riak gelombang yang
kapan saja dapat mengkandaskan bahtera hidup yang sudah susah payah
dipertahankan.
Ibu. Bagi saya seorang
Ibu adalah pondasi dari sebuah keluarga. Dia yang jadi penguasa ketika di
rumah, menciptakan warna-warni suasana di rumah. Ibu yang tegar dan berusaha
sekuat tenaga untuk tetap berada dalam rumah meskipun keinginan untuk pergi
begitu memuncak.
Banyak
sinetron-sinetron yang menggambarkan sosok ibu tiri jahat, yang selalu menyiksa
anak-anak tirinya, realitanya tidak semua seperti itu, seperti kasus ibu saya. Ibu sangat
mencintai anak-anak tirinya. Berbagai macam cara ia lakukan agar diterima
layaknya seorang Ibu, meski cercaan dan caci maki yang ia dapat. Butuh mental
baja untuk menjalaninya.
Kejadian ini terjadi
sekitar 20 tahun yang lalu. Ketika mengingat hal ini, sampai sekarang, saya
masih saja menitikkan air mata. Begitu menderitanya Ibu. Ibu yang selalu
diperlakukan semena-mena oleh anak tirinya. Ibu yang selalu dipandang salah
oleh saudara-saudara suaminya. Ibu yang selalu menangis sendirian di Mushola
ketika semua anggota keluarga terlelap tidur.
Waktu itu, apalah daya
saya untuk membantu Ibu ketika Ia diperlakukan dengan kasar oleh kakak-kakak
saya. Saya hanya bisa melihat dari pojokan sambil menangis. Saya tidak bisa berkata banyak dan membelanya
ketika Saudara Ayah saya mencercanya habis-habisan.
Ibu tidak pernah surut,
dia tetap saja mencintai kedua kakak saya layaknya mencintai saya. Menyayanginya
seperti kepada anak yang lahir dari rahimnya. Ibu tidak pernah sekalipun
membeda-bedakan kami. Ibu berusaha
menyemaikan benih-benih cinta kepada kedua kakak saya, meski dengan susah payah.
Untungnya, Ayah sangat mengerti Ibu, dia juga berusaha menyiram semaian
benih-benih cinta yang ditanamkan Ibu. Ayah selalu menguatkan Ibu agar tetap
bertahan dan berjuang bersama-sama.
Kini, semaian cinta Ibu
membuahkan hasil. Benih-benih cinta yang Ibu tanam telah berbunga dengan sangat
merekah. Kedua kakak saya sadar akan kesalahannya. Mereka menjadi sangat
menyayangi Ibu melebihi sayang mereka kepada Ibu kandungnya sendiri. Mereka
sadar, Ibu yang telah mengurus, membesarkan, dan mendidik mereka dengan tulus
tanpa pamrih, dengan cinta kasih murni seorang Ibu bagi anak-anaknya, dengan
begitu banyak pengorbanan. Maka pantaslah ketika pada suatu ketika diriwayatkan
:
“ Diriwayatkan dari Abu
Hurairah, dia berkata, “Seorang lelaki pernah mendatangi Rasulullah, lalu dia
berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan
dengan baik?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya, ‘Kemudian siapa
lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya, ‘Kemudian siapa
lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya (lagi), ‘Kemudian
siapa lagi?’ Lelaki itu menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim).”
Ibu di sini tentu saja
bukan hanya Ibu yang sudah melahirkan ke dunia, tetapi juga Ibu yang mendidik,
merawat dan membesarkan hingga dewasa. Seyogyanya Ibu adalah orang yang
membimbing kita, memelihara kita tanpa lelah dari pagi hingga malam.
Aktivitasnya hanya digunakan untuk kemanfaatan anggota keluarganya. Sungguh
mulia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Saya juga punya ibu tiri, mbak Dede. Kasih sayang beliau luar biasa kepada saya, saudara-saudara dan semua keluarga tirinya. Bersyukur sekali, setelah ibu kandung meninggal, kini bapak ada yang mendampingi dengan tulus dan ikhlas.
BalasHapusSebuah kesabaran yang luar biasa dari ibu mbak Dede, ya. Semoga semua itu mendapat ridha Allah dan menjadi ladang amal baginya.
Terima kasih partisipasinya, tercatat sebagai peserta.
Iya Mba,,,Alhamdulillah sekarang kita harmonis:)
HapusJustru jadi banyak orang yang menyayangi ya, ibu yng menyayangi jadi banyak :)
Kesabaran Ibunya berbuah yang manis..
BalasHapusAlhamdulillah sekarang cinta sudah bersemai ditaman hati
iya, butuh proses yang panjang dan pengorbanan yang banyak :)
BalasHapusterima kasih sudah mampir :)
aku jg punya Ibu tiri, tapi.. yaah gt deh..
BalasHapusaku dan ibu harus banyak2 sabarr juga yaa..
^^
iya :) gmn sjauh ini baik-baik saja kan? :)
Hapusdatang berkunjung...
BalasHapusnah begitulah, apa yang kita tanam, akan menjadi apa yang kita petik. salam hangat buat ibu ya... :)
Yuppps :)
HapusSalam balik hangat juga mas :)
Terima kasih sudah mampir :)